Friday, March 11, 2011

2 Presiden RI yang Hilang dari Sejarah

Sebenarnya, sudah berapa presiden RI? Benarkah hanya ada Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY? Ternyata, tidak. Masih ada dua presiden Indonesia yang kurang kita kenal. Mereka adalah Syafruddin Prawiranegara dan Mr. Asaat. Bagaimana ceritanya hingga dua presiden Indonesia ini seperti “dihilangkan” dari sejarah?
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Syafruddin Prawiranegara adalah presiden kedua Indonesia, bukan Soeharto. Syafruddin menjabat presiden RI saat Soekarno, presiden saat itu, bersama Hatta dan beberapa pejabat tinggi negara lain ditangkap oleh Belanda dalam Agresi Militer II pada 1948.
Tujuan Belanda sebenarnya ingin membuktikan pada dunia internasional bahwa Indonesia sebagai negara berdaulat sudah tidak sah lagi keberadaannya karena sebuah negara membutuhkan pemimpin sebagai bukti kedaulatan.
Menanggapi keadaan semacam ini, para pemimpin negeri kita saat itu berinisiatif mendirikan PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) di Bukit Tinggi. Sebagai presiden, ditunjuklah Syafruddin Prawiranegara. Dengan demikian, meskipun Soekarno ditahan, masih ada presiden Indonesia.
Belanda, bahkan, bisa dikatakan “tertipu mentah-mentah” dengan sistem ini. Melalui PDRI, kedaulatan Indonesia tetap terjaga. Salah satu sikap Syafruddin Prawiranegara yang patut diacungi jempol adalah keikhlasannya berjuang demi negara tanpa pretensi apapun.
Ketika Agresi Militer II berakhir dan Soekarno dibebaskan, Syafruddin Prawiranegara mengembalikan tampuk puncak kepemimpinan kepada Soekarno dengan legowo.
Republik Indonesia dalam RIS (Republik Indonesia Serikat)
Presiden lain yang tidak dimasukkan dalam presiden Indonesia versi “umum” adalah Mr. Asaat. Mr. Asaat menjadi presiden Indonesia ketika negara kita berada dalam naungan RIS (Republik Indonesia Serikat) pada kurun waktu 1949-1950.
RIS sendiri didirikan karena Indonesia terikat pada KMB (Konferensi Meja Bundar) yang ditandatangani pada 2 November 1949. RIS sendiri terdiri dari 16 negara bagian yang sebenarnya gabungan Republik Indonesia dengan “negara-negara Boneka” buatan Belanda.
Negara-negara Boneka tersebut, di antaranya NIT (Negara Indonesia Timur), Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Daerah Istimewa Kalimantan Barat, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan Timur.
Soekarno sendiri menjadi kepala negara RIS demi memenuhi KMB yang sebenarnya hanya strategi Belanda untuk memecah belah Indonesia. Dengan demikian, jabatan presiden Indonesia “lowong” dan diisi oleh Mr. Asaat.
Akan tetapi, Mr. Asaat tidak lama menjadi Presiden RI. Pada 17 Agustus 1950, kurang dari setahun sejak RIS berdiri, akhirnya RIS berubah menjadi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan Soekarno kembali menjabat sebagai presiden RI, menggantikan Mr. Asaat.

No comments:

Post a Comment

Blog Archive